Sabtu, 21 Maret 2015

Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)


Identitas Film

Judul : Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
Sutradara : Deddy Mizwar
Produser : Zairin Zain
Pemeran :
1. Reza Rahardian sebagai Muluk
2. Deddy Mizwar sebagai Makbul (Ayah Muluk)
3. Tio Pakusadewo sebagai Bang Jarot
4. Ratu Tika Bravani sebagai Pipit
5. Asrul Dahlan sebagai Samsul

Film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” merupakan film yang disutradarai oleh Deddy Mizwar dan didukung oleh sejumlah pemain seperti Reza Rahardian, Jaja Mihardja, Slamet Rahardjo, Tio Pakusadewo, Asrul Dahlan, Ratu Tika Bravani, Rina Hasyim, Sakurta Ginting, Sonia dan Teuku Edwin.

Film ini sarat akan pesan moral dan kritikan sosial yang tersampaikan dengan apik dari awal hingga akhir film. Film ini mengisahkan mengenai Reza Rahadian (berperan sebagai Muluk), seorang pemuda yang mempunyai gelar sarjana management.

Namun, ia masih belum mendapatkan pekerjaan yang tepat untuknya. Akan tetapi, Muluk tak pernah patah semangat. Ia selalu mendapat dukungan dari sang ayah, Pak Makbul (diperankan oleh Deddy Mizwar), serta sang kekasih, Rahma.

Suatu ketika, saat Muluk sedang melewati pasar, ia bertemu dengan pencopet cilik bernama Komet yang sedang mencopet seorang bapak-bapak. Merasa tersinggung karena tahu betapa susahnya mencari uang, Muluk pun menangkap pencopet itu dan berniat membawanya ke kantor polisi. Namun hal itu urung dilakukannya.

Sang pencopet cilik ini pun merasa tertolong karena ia tidak jadi diadukan ke polisi. Lalu, ia mulai akrab dengan Muluk dan dia membawanya ke markas pencopet. Lalu, Muluk diperkenalkan dengan Bang Jarot (diperankan oleh Tio Pakusadewo) selaku bos pencopet yang mengurus sekumpulan anak-anak yang pekerjaannya tidak lain adalah mencopet.

Lalu, Muluk mengajak Bang Jarot dan anak-anak pencopet ini untuk melakukan kerjasama dengannya. Sebuah kerjasama yang melibatkan ilmu yang didapatnya dari bertahun-tahun kuliah, yakni ilmu manajemen. Ia akan melakukan sistem manajemen terhadap setiap penghasilan yang didapat dari setiap pencopet tiap harinya.

Muluk beralasan, dengan cara ini, maka sedikit demi sedikit, uang hasil mencopet tersebut akan terkumpul dan para pencopet cilik tersebut nantinya dapat membuka sebuah usaha dan tak perlu lagi mencopet. Dengan mengenakan biaya 10% dari hasil setiap mencopet, akan diberikan pada Muluk, Jarot pun setuju menjalani kerjasama tersebut.

Kemudian dengan bantuan dari dua orang temannya, Pipit (diperankan oleh Ratu Tika Bravani) dan Samsul (diperankan oleh Asrul Dahlan), mereka mengajarkan anak-anak tersebut ilmu kewarganegaraan serta ilmu agama. Hasilnya, kini anak-anak pencopet tersebut telah menjadi orang yang “berpendidikan”, baik secara sosial maupun relijius.

Namun apa yang dilakukan kemudian oleh para pencopet cilik ini, apakah pendidikan mampu membuat mereka untuk berhenti dari mencopet? Berbagai kritik moral dan sosial yang terjalin di sepanjang jalan cerita film ini. Tentu saja, film ini merupakan sebuah tamparan keras pada mereka orang-orang yang mengaku berpendidikan dan memiliki nilai moral tinggi, namun dengan tega merampas hak-hak rakyat yang seharusnya mereka berikan.

Hal ini mampu disampaikan Deddy Mizwar dengan jalan yang lancar, penuh kekonyolan dan dipenuhi anekdot-anekdot politis yang pas ukurannya. Dan hasilnya, tanpa disadari oleh setiap penontonnya, berbagai pendidikan moral nan religius mengalir lancar dalam 100 menit masa penayangan film ini.

Dengan cemerlang, sang sutradara dapat membungkus pesan-pesan menusuk tersebut lewat kemasan komedi yang menghibur. Walau disampaikan dengan tidak serius dan dibawakan lucu oleh para pemainnya, namun justru formula seperti ini yang biasanya mujarab menyentil hati nurani kita.

Sepertinya tidak ada satu pun yang luput dari kritikan, apalagi ketika berbicara soal para petinggi negeri ini yang duduk di kursi empuk setiap harinya. Dengan menggunakan simbol `pencopet`, Deddy Mizwar berusaha menyampaikan pesan-pesan moral ke dalam film.

Dialog-dialog yang hadir sepertinya secara halus menyentil mereka (para pemimpin negeri) yang tidak lagi peduli dengan nasib bangsa ini dan mereka yang “betah” memperkaya diri sendiri, membuang muka dari kenyataan bahwa negeri ini sedang menderita. Mungkin juga kritikan tersebut akan mampir mengetuk hati nurani kita, setidaknya berharap bisa sedikit mengingatkan betapa “lucunya” tanah air yang kita tinggali dari lahir ini.

Film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” ditampilkan dengan ringan sehingga mudah mengena kepada para penontonnya. Dengan dukungan barisan jajaran pemeran yang sangat kuat, naskah cerita yang tampil sederhana dan tidak berlebihan.

Selain itu dukungan teknis berupa tata suara dan sinematografi yang seringkali mengisi masuk ke dalam jalan cerita yang disampaikan, Alangkah Lucunya (Negeri Ini) mungkin akan menjadi suatu fenomena tersendiri di industri film Indonesia dimana film ini mampu berbicara secara kualitas serta dengan mudah akan disukai para penontonnya.



Unknown

About Unknown

FARIS KASYFI AZIZ | Mahasiswa FidKom - Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Semester 3 di UIN SGD Bandung | Tinggal di Jatiasih Kota Bekasi, Jawa Barat.

Subscribe to this Blog via Email :